Nama :
Imam Rosyadi
Npm :
13112640
Kelas :
3ka11
variasi pengguna bahasa
/ragam bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan
interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat
beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal
variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai
akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi
variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan
keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka raga.
Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan
pemakaian (register).Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu
pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya, Adapun
penjelasan variasi bahasa tersebut adalah Sebagai berikut:
1. Variasi bahasa dari segi penuturan.
1. Variasi bahasa dari segi penuturan.
·
1) Variasi
bahasa idioiek
Variasi
bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep
idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya
masing-masing.
·
2)Variasi bahasa dialek
Variasi
bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area
tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain
sebagainya.
Variasi
bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu.
Misalnya
: variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun
lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
· 4.) Variasi bahasa sosiolek
Variasi
bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan,
dan kelas sosial
para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para
penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,
keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
· 5.) Variasi bahasa berdasarkan usia
Yaitu
varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia.
Misalnya
: variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang
dewasa.
· 6.) Variasi bahasa berdasarkan
pendidikan
Yaitu
variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa.
Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda
variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula,
orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi
bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
· 7.) Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi
bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin
dalam hal ini pria atau wanita.
Misalnya
: variasi bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa
yang digunakan oleh bapak-bapak.
· 8.)Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas
para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi
adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas
para penguna bahasa tersebut.
Misalnya : variasi yang digunakan
oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagainya tentu mempunyai
perbedaan variasi bahasa.
·
9.)Variasi bahasa berdasarkan
tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
adalah variasi yang terkait dengan tingkat dan kedudukan (kebangsawanan atau
raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang
digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa
kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja
menggunakan kata mangkat.
10.) Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi
para penutur
Variasi
bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang
mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya
dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat
ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang
yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan variasi bahasa
berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal
adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi,
dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai
berikut:
1) akrolek adalah variasi sosial
yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya.
2) basilek adalah variasi sosial
yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah.
3) vulgal adalah variasi sosial
yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari
kalangan yang tidak berpendidikan.
4) slang adalah variasi sosial yang bersifat
khusus dan rahasia
5) kolokial adalah variasi sosial
yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata
karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok(dokter), prof (profesor), let
(letnan), nda (tidak), dll
6) jargon adalah variasi sosial
yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu.
Misalnya : para montir dengan
istilah roda gila, didongkrak, dll
7) argot adalah variasi sosial yang
digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata artinya polisi.
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata artinya polisi.
8) ken adalah variasi sosial yang
bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya,
variasi bahasa para pengemis.
2.
Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi
bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau
register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian,
perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini
yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan
biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi
estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa
jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana,
komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah;
komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas
karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam
media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam
bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan
bahasa tersebut.
3.
Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi
bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi
bahasa
atas
lima macam gaya, yaitu :
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya
atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada
situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan
sebagainya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal)
Gaya
atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato
kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya
atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam
pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi
pada hasil atau produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
e. Gaya bahasa ragam santai
Gaya
bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak
resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu
istirahat dan sebagainya.
f. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya
atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur
yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan
tidak jelas.
g. Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi
bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya,
telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa
yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa
tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.
Perkataan
'dialek' berasal daripada bahasa Yunani iaitu 'dialektos' iaitu perkataan yang
pada mulanya digunakan dalam hubungannya dengan bahasa Yunani pada waktu itu.
Dialek ialah variasi daripada satu bahasa tertentu yang dituturkan oleh
sekumpulan penutur dalam satu-satu masyarakat bahasa. Dialek mempunyai bentuk
tertentu, dituturkan dalam kawasan tertentu dan berbeza daripada bentuk yang
standard/ baku dari segi sebutan, tatabahasa, dan penggunaan kata-kata
tertentu, tetapi perbezaannya tidaklah begitu besar untuk dianggap sebagai satu
bahasa yang lain. Dialek selalunya digunakan dalam situasi formal atau rasmi,
namun terdapat kecenderungan pengguna bahasa yang mencampurkan unsur dialek
dalam penggunaan pada situasi formal.
Faktor-faktor
yang menimbulkan dialek terdiri daripada faktor-faktor geografis, politik,
penjajahan, perdagangan, masa, dan seumpamanya. Faktor politik contohnya telah
membahagi-bahagikan negara ini kepada unit-unit politik yang lebih kecil yang
mewujudkan negeri Perlis, Kedah, Pulau Pinang, Selangor, Negeri Sembilan,
Melaka, Johor, Pahang, Terengganu, dan Kelanta. Dialek-dialek tempatan di
Semenanjung Malaysia sebenarnya ialah variasi daripada bahasa Melayu. Dalam
satu-satu dialek tempatan di Malaysia, terdapat pula ideolek-ideolek, iaitu
kelainan pengucapan yang disebabkan oleh perbezaan individu, dan kelainan
stilistik yang terjadi sebagai akibat perbezaan konteks. Semua kelainan ini
disebut dialek, tetapi penutur-penuturnya masih boleh saling bersefahaman
antara satu sama lain. Fonemena seperti inilah yang telah menarik perhatian
ahli-ahli bahasa untuk membuat kajian mendalam terhadap dialek-dialek tersebut.
Terdapat beberapa unsur yang membedakan sesuatu dialek dengan dialek yang lain,
antaranya ialah :
1)
Sebutan
contoh
: perkataan `air' disebut dalam pelbagai dialek seperti ayaq, ayo.
2)
Tatabahasa, struktur ayat pasif dalam
dialek Kelantan misalnya boleh menyebabkan berlaku silap faham.
contoh
: ayat 'Saya ke hospital untuk disuntik oleh doktor' akan menjadi "Saya gi
spital cocok doktor" (Kasihan doktor di hospital yang disuntik oleh
pesakitnya, bukannya dia yang menyuntik pesakit!)
3)
Kosa kata
contoh
: berlari dalam dialek Kelantan disebut hungga, manakala mendung disebut
sebagai jo'ong. Bekwoh (dialek Kelantan) sama maksudnya dengan makan gulai di
Terengganu yang membawa maksud kenduri. Rakan saya dari Melaka tertanya-tanya
apabila saya memujinya dengan perkataan 'jangok' (cantik/ suka berhias)
4)
Kata ganti nama diri,
contoh
: ambo dan kawe (dialek Kelantan bermaksud saya), hang (dialek utara bermaksud
kamu).
ð Banyaknya
keragaman kebudayaan baik lokal maupun asing dapat menjadi ancaman integrasi
nasional. Integrasi berarti proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial ke dalam satuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas
nasional.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar