Sabtu, 25 Oktober 2014

Kalimat Dasar


Nama      : Imam Rosyadi
Npm        : 13112640
Kelas      : 3ka11
Kalimat Dasar
  1. Pengertian Kalimat
Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola   kalimat akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyerdehanakan kalimat sehingga mudah dipahami orang lain
Kemudahan itu dapat dirasakan oleh pemakai bahasa dalam mengekspresikan ide-idenya dan dalam memahami informasi yang diungkapkan oleh orang lain sehingga dapat memperkecil kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Menurut situs Wikipedia, kalimat merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Menurut Widjono HS, kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pemikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tertulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa dan atau klausa. Jika disusun berdasarkan pengertian diatas, unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian dari kalimat. Ada bagian yang tidak dapat dihilangkan dan ada pula bagian yang dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat  dihilangkan itu disebut inti kalimat. Bagian inti dapat membentuk kalimat dasar, dan bagian bukan inti dapat membentuk kalimat luas.
Ciri-ciri kalimat:
  • Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Sedangkan dalam bahasa tertulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya atau tanda seru
  • Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat
  • Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap
  • Mengandung pikiran yang utuh
  • Menggunakan urutan logis; setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya
  • Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas
  • Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.
Menurut saya, kalimat merupakan suatu ungkapan dalam berbahasa, baik lisan maupun tertulis yang terdiri atas rangkaian yang membentuk pola tertentu yang bermakna sehingga dapat dipahami orang lain.
  1. Unsur-Unsur Kalimat
a) Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
  • Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk;
  • Memperjelas makna
  • Menjadi pokok pikiran
  • Menegaskan makna
  • Memperjelas pikiran ungkapan
  • Membentuk kesatuan pikiran
Ciri-ciri subjek antara lain:
  • Jawaban apa atau siapa
  • Didahului kata bahwa
  • Berupa kata atau frasa benda (nomina)
  • Disertai dengan kata ini atau itu
  • Disertai pewatas yang
  • Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
  • Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
  • Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
Subjek kalimat dapat berupa kata dan dapat pula beruapa frasa
  • Berupa kata. Contoh: Saya sudah mulai mengantuk
  • Berupa frasa. Contoh: Air sungai kecil itu terus menerus menggericik
b) Predikat
Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi:
  • Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk
  • Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat
  • Menegaskan makna
  • Membentuk kesatuan pikiran
  • Sebagai sebutan.
Ciri-ciri predikat:
  • Jawaban mengapa, bagaimana
  • Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
  • Dapat didahului keterangan aspek: akan, sesudah, sedang, selalu, hampir
  • Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
  • Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
  • Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
  • Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan
Predikat dapat berupa kata, dan dapat pula beruapa frasa.
  • Berupa kata. Contoh: Pengusaha sukses itu menemukan peluang bisnis barunya
  • Berupa frasa. Contoh: Pengusaha itu sudah mendapatkan peluang pengembangan bisnisnya
c) Objek
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi:
  • Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif
  • Memperjelas makna kalimat
  • Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran
Ciri-ciri objek:
  • Berupa kata benda
  • Tidak didahului kata depan
  • Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
  • Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
  • Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
Obyek terdiri dari dua macam yaitu :
(1) Objek penderita
Merupakan kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.
Makna objek penderita :
  • Penderita
Contoh : Pak Ali membajak sawah
  • Penerima
Contoh : Ibu menjahit baju adik
  • Tempat
Contoh  : Wisatawan mengunjungi Pulau Bali.
  • Alat
Contoh : Andi melempar bola ke arah Budi.
  • Hasil
Contoh : Anak-anak mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
(2) Objek penyerta
Merupakan  objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Makna objek penyerta :
Contoh : Ibu membelikan adik buku baru.
  • Contoh : Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.
d) Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Ciri-ciri pelengkap:
  • Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat akan tidak jelas dan tidak lengkap informasinya
  • Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya:
  • Melengkapi struktur. Misalnya:
Ia / menjadi / rektor
S         P          Pel.
  • Mengkhususkan makna objek. Misalnya:
Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh
S              P                O     Pelengkap
e) Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi memperjelas atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri keterangan:
  • Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap.
  • Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat
  • Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun), dan pengganti nomina (menggunakan kata bahwa).
  • Dapat berupa keterangan tambahan dapat beruapa aposisi; misalnya: keterangan tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan aposisi dapat menggantikan subjek.
Jenis-jenis keterangan :
  • Keterangan tempat
Contoh : Ayah akan perdi ke Surabaya
  • Keterangan alat
Contoh  : Ibu memotong sayuran dengan pisau
  • Keterangan waktu
Contoh : Andi belajar matematika pukul 8 malam
  • Keterangan tujuan
Contoh  : Bayi harus minum susu supaya sehat
  • Keterangan penyerta
Contoh : Ibu pergi ke pasar bersama kakak.
  • Keterangan cara
Contoh : Bacalah buku itu dengan saksama
  • Keterangan sebab
Contoh: Dia terlambat kuliah karena sibuk dengan pekerjaannya
  1. Pola-Pola Kalimat
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
  • KB + KK
Contoh : Mahasiswa berdiskusi.
  • KB + KS
Contoh : Dosen itu ramah.
  • KB + KBil
Contoh : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
  • KB + (KD + KB)
Contoh : Tinggalnya di Palembang.
  • KB1 + KK + KB2
Contoh : Mereka menonton film.
  • KB1 + KK + KB2 + KB3
Contoh : Paman mencarikan saya pekerjaan.
  • KB1 + KB2
Contoh : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Menurut Widjono HS, pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat dasar mempunyai ciri-ciri:
  • Berupa kalimat tunggal ( satu S, satu P, satu O, satu Pel, satu K)
  • Sekurang-kurangnya terdiri dari satu objek (S) dan satu predikat(P)
  • Selalu diawali dengan subjek
  • Berbentuk kalimat aktif
  • Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa
  • Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat, objek dan keterangan
  1. Jenis-Jenis Kalimat
a) Menurut Struktur Gramatikal
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), atau pun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
(1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
  • Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
  • Dosen ramah
S: KB + P: KS
  • Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: Kbil
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut. Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S               P
Contoh lain:
  • Pertemuan APEC sudah berlangsung.
S                               P
  • Teori itu dikembangkan
S                     P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah.
S             P
Contoh lain:
  • Komputernya rusak
S                P
  • Suku bunga bank swasta tinggi
S                      P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S                          P
Contoh lain:
  • Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.
S                                                 P
  • Masalahnya seribu satu.
S                 P
Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
  • Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik itu, dan sekeliling kota;
  • Keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
  • Keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
  • Keterangan modalitas, seperti harus,barangkali, seyogyanya, sesungguhnya dan sepatutnya;
  • Keterangan cara, seperti dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
  • Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
  • Keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
  • Keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
  • Frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya; 3
  • Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini:
Dengan + kata benda = keterangan alat
Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini:
  • Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
  • Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
(2) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
  • Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
       Kami membaca
       Mereka menulis
       Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
       Direktur tenang.
       Karyawan duduk teratur.
       Para nasabah antre.
       Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
  • Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
       Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
       Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
       Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei                    Darussalam tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat berikut:
          Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang                           Nusantara terletak di Bandung. Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
  • Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
        Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian                     disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah terima                     pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustadz membacakan doa selamat.
  • Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
       Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat,              atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
(3) Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini. Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendati pun, bahwa, dan sebagainya.
(4) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara (bertingkat).
Misalnya:
  • Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
  • Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
b) Menurut Gayanya (Retorika)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat. Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
  • Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
  • Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
  • Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
e) Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
(1) Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
Negatif
Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
(2) Kalimat Pertanyaan (Interogratif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
Negatif
Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
(3) Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif
Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
  1. Kata Penghubung (Konjungsi)
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana, konjungsi dikelompokan menjadi 2, yaitu:
a) Konjungsi Intrakalimat.
Jenis konjungsi ini berfungsi menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan unsur atau bagian kalimat yang lain dalam sebuah kalimat. Misalnya : agar, atau, dan hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dsb. Contoh pemakaian konjungsi ini pada kalimat:
  • Ia belajar hingga larut malam
  • Mereka bekerja kerassehingga berhasil mendapatkan cita-citanya
b) Konjungsi Ekstrakalimat.
Konjungsi ini berfungsi menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu dengan kalimat atau paragraf lain. Misalnya : jadi, di samping itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya, tambahan pula, dsb. Contohnya:
  • Pengusaha itu kaya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh tetangganya
  • Kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara maju. Oleh sebab itu, kita harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan ini.
DAFTAR PUSTAKA                        :