Minggu, 30 November 2014

kutipan



Nama : Imam Rosyadi
Kelas : 3KA11
NPM : 13112640


Kutipan

A. Pengertian

Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.

B. Tujuan/Manfaat menguntip
Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan. Kutipan untuk pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Berikut tujuan/manfaat mengutip:
  •  landasan teori.
  • penguat pendapat penulis.
  •  penjelasan suatu uraian.
  •  bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.

C. Prinsip-prinsip

Dalam membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari tulisan orang lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan orang lain.
Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apabila dalam mengutip sebuah karya atau tulisan yang ada salah ejaan dari sumber kutipan kita, maka sebaiknya kita biarkan saja apa adanya seperti sumber yang kita ambil tersebut. Kita sebagai pengutip tidak diperbolehkan membenarkan kata ataupun kalimat yang salah dari sumber kutipan kita.

2. Dalam kutipan kita diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau arti yang terkandung dalam sumber kutipan kita. Caranya :
  • Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. 
  • Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi. 
  • Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. 
  • Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai margin kanan). 
D. Jenis-jenis Kutipan

Terdapat beberapa jenis kutipan, antara lain adalah Kutipan langsung dan Kutipan Tidak langsung. Disini saya akan mencoba menjelaskan jenis-jenis kutipan tersebut.

1. Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.

2. Kutipan Tidak Langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.

3. Kutipan pada catatan kaki
4. Kutipan atas ucapan lisan
5. Kutipan dalam kutipan
6. Kutipan langsung pada materi

E. Cara/Teknik Mengutip

Beberapa cara teknik mengutip kutipan langsung dan tidak langsung diantaranya sebagai berikut.

1. Kutipan langsung

a) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris :

* kutipan diintegrasikan dengan teks
* jarak antar baris kutipan dua spasi
* kutipan diapit dengan tanda kutip
* sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber darimana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.

b) Kutipan Langsung yang terdiri lebih dari 4 baris :

* kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
* jarak antar kutipan satu spasi
* kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
* kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip.
* di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)

2. Kutipan tidak langsung

* kutipan diintegrasikan dengan teks
* jarak antar baris kutipan spasi rangkap
* kutipan tidak diapit tanda kutip
* sesudah selesai diberi sumber kutipan

3. Kutipan pada catatan kaki

Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.

4. Kutipan atas ucapan lisan

Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.

5. Kutipan dalam kutipan

Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan.



Sabtu, 22 November 2014

Outline (Rencana Kerja)

Nama : Imam Rosyadi
Kelas : 3KA11
NPM : 13112640


Outline (Rencana Kerja)
A. Pengertian
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas; susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan. kerangka karangan; rencana penulisan, dibuat untuk mempermudah penulisan agar tidak keluar dari tema atau topik yang dituju. Pembuatan kerangka karangan penting agar tulisan atau artikel tidak kaku atau agar penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya. Terutama bagi penulis pemula, pembuatan kerangka karangan ini sangat dianjurkan. Adapun penulis profesional yang telah terbiasa menulis artikel, nampaknya tidak terlalu memerlukan kerangka karangan yang mendetail, cukup garis besar atau pokok-pokok yang akan ditulis


B. Manfaat kerangka karangan:
* Untuk menyusun karangan secara teratur secara teratur.
* Memudahkan penulis menciftakan klimaks yang berbeda-beda.
* Menghindari penggarap sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
* Memudahkan penulis untuk mencari materi .
* Memahami isi sebuah buku atau karangan.
* Mengetahui isi sebuah buku atau karangan.


C. Langkah-Langkah
Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.
b. Berdasar perumusan teksnya
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik


D. Pola susunan kerangka :
a. Pola Alamiah Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasarkan urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.

Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa suadh di kenal dengan bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian – bagiannya itu .

b. Pola Logis Pola logis berdasar urutan:Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis .
1) klimaks – anti klimaks
2) umum – khusus
3) sebab – akibat
4) proses
5) dan lain-lain.

E. Mengembangkan
Saat mulai menulis, sangatlah penting untuk mengakhiri sesi pertama dan memulai dengan sceneberikutnya sesuai outline. Kamu ingin setiap scene menempel di kepala sebelum menuliskannya. Buatlah catatan setiap kali scene berikut muncul, terutama detilnya.

Mereview scene yang muncul memudahkan kamu untuk memikirkan bagaimana scene tersebut cocok dengan tulisan yang sudah dibuat. Jika bukumu tidak selalu mengikuti outline, dan tulisan yang dihasilkan lebih bagus dari gambaran kasar di outline, lanjutkan saja. Saat menulis, kamu menciptakan kehidupan, meniupkan nafas kepada tokoh yang akan berkembang sesuai dengan kisah ciptaanmu. Itulah salah satu keajaiban menulis. Pastikan tulisanmu disesuaikan dengan outlinekeseluruhan sehingga angle bisa terlihat.

Baca kembali draft kamu. Pastikan tulisanmu mengikuti outline sehingga perkembangan plot atau karakter bisa disesuaikan. Buat modifikasi bila perlu.


Sumber :


Minggu, 16 November 2014

Perbedaan Topik, Tema dan Judul


Nama    : Imam Rosyadi
Kelas     : 3KA11
NPM      : 13112640


Topik

Topik merupakan suatu pokok dari sebuah pembicaraan atau sesuatu yang akan menjadi landasan dalam penulisan sebuah artikel.

Syarat sebuah topik :
1. Topik yang dipilih harus menarik perhatian,
2. Dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca,
3. Topik yang dipilih harus mempunyai sumber acuan yang jelas atau real, dll

Sumber-sumber mendapatkan topik :
1. Dosen
2. Bulletin
3. Majalah
4. Hasil obrolan dengan masyarakat
5. Kumpulan judul dan abstrak penilitian

Pembatasan sebuah topik :

Topik harus terbatas. Mengapa topik itu harus terbatas? karena apabila suatu topik itu terlalu luas maka topik itu akan menjadi dangkal dan tidak menarik untuk dibahas. Adapun yang mencakup dalam pembatasan tersebut meliputi : konsep, variabel, data, lokasi pengumpulan data dan waktu pengumpulan data. Elemen – elemen tersebut saling berhubungan satu sama lain, apabila salah satu elemen tersebut ada yang hilang maka sebuah topik itu tidak akan menarik dan akan terasa membosankan. Contoh apabila dalam memilih sebuah topik kita tidak menghiraukan konsep dari topik itu sendiri maka topik yang kita pilih itu tidak akan menarik si pembaca untuk membaca artikel yang telah kita buat. Jadi, pada intinya semua elemen tersebut saling mendukung agar sebuah topik itu dapat menarik perhatian si pembaca untuk membaca artikel yang kita buat.


Tema

Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. tema adalah sebuah gagasan pokok dalam sebuah tulisan. tema adalah gagasan pokoknya.

Syarat sebuah tema :

1. Tema menarik perhatian penulis.
2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.

Cara merumuskan tema :

1. Kejelasan
2. Kesatuan
3. Perkembangan
4. Keaslian
5. Judul


Judul

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan.

Syarat-syarat pembuatan judul :

1. Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2. Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3. Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
Judul terbagi menjadi dua,yaitu :
Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.




Senin, 10 November 2014

Paragraf Atau Alinea

Nama    : Imam Rosyadi
Kelas     : 3KA11
NPM      : 13112640

Paragraf Atau Alinea

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.

Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.

Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat ,yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.

1) Kesatuan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok ,satu topik / masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.

2) Kepaduan paragraf
Seperti halnya kalimat efektif , dalam paragraph ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk itu, cara repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan. Selengkapnya mengenai syarat paragraf.

Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.

Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda .

Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.

Setelah mempertimbangkan factor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.

Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.

1) Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu

2) Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.

3) Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.

4) Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.

5) Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.

6) Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.

Jenis Paragraf
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.

A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

B. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

D. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.

o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.

o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.

o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

1) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

2) Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.


3)Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :

1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya

Sumber :



Minggu, 02 November 2014

KALIMAT EFEKTIF

Nama : Imam Rosyadi
Npm   : 13112640
Kelas  : 3ka11
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin
Kalimat efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran, ide, gagasan, dan juga perasaan seseorang. Kalimat efektif tidak saja terdapat dalam lisan, tetapi juga lebih intensif pada bahasa tulis. Kalimat dalam bentuk tukis dapat dijumpai pada karya-karya, seperti skripsi, tesis, disertasi, makalah, dan lain-lain.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif :

1. KESATUAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).

2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.

Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

Contoh kalimat efektif :
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.

Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya :

1. Pleonastis

Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh :
· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

2. Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
· Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan. Sehingga menjadi :
· Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
· Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.


4. Salah nalar

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
· Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.


5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
 Bahasa Asing

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:
· Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother work
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

 Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:
· Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.

6. Kata depan yang tidak perlu

Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:
Contoh :
· Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.


Sumber :


Sabtu, 25 Oktober 2014

Kalimat Dasar


Nama      : Imam Rosyadi
Npm        : 13112640
Kelas      : 3ka11
Kalimat Dasar
  1. Pengertian Kalimat
Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola   kalimat akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyerdehanakan kalimat sehingga mudah dipahami orang lain
Kemudahan itu dapat dirasakan oleh pemakai bahasa dalam mengekspresikan ide-idenya dan dalam memahami informasi yang diungkapkan oleh orang lain sehingga dapat memperkecil kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Menurut situs Wikipedia, kalimat merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Menurut Widjono HS, kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pemikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tertulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa dan atau klausa. Jika disusun berdasarkan pengertian diatas, unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian dari kalimat. Ada bagian yang tidak dapat dihilangkan dan ada pula bagian yang dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat  dihilangkan itu disebut inti kalimat. Bagian inti dapat membentuk kalimat dasar, dan bagian bukan inti dapat membentuk kalimat luas.
Ciri-ciri kalimat:
  • Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Sedangkan dalam bahasa tertulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya atau tanda seru
  • Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat
  • Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap
  • Mengandung pikiran yang utuh
  • Menggunakan urutan logis; setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya
  • Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas
  • Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.
Menurut saya, kalimat merupakan suatu ungkapan dalam berbahasa, baik lisan maupun tertulis yang terdiri atas rangkaian yang membentuk pola tertentu yang bermakna sehingga dapat dipahami orang lain.
  1. Unsur-Unsur Kalimat
a) Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
  • Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk;
  • Memperjelas makna
  • Menjadi pokok pikiran
  • Menegaskan makna
  • Memperjelas pikiran ungkapan
  • Membentuk kesatuan pikiran
Ciri-ciri subjek antara lain:
  • Jawaban apa atau siapa
  • Didahului kata bahwa
  • Berupa kata atau frasa benda (nomina)
  • Disertai dengan kata ini atau itu
  • Disertai pewatas yang
  • Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
  • Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
  • Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
Subjek kalimat dapat berupa kata dan dapat pula beruapa frasa
  • Berupa kata. Contoh: Saya sudah mulai mengantuk
  • Berupa frasa. Contoh: Air sungai kecil itu terus menerus menggericik
b) Predikat
Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi:
  • Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk
  • Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat
  • Menegaskan makna
  • Membentuk kesatuan pikiran
  • Sebagai sebutan.
Ciri-ciri predikat:
  • Jawaban mengapa, bagaimana
  • Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
  • Dapat didahului keterangan aspek: akan, sesudah, sedang, selalu, hampir
  • Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
  • Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
  • Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
  • Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan
Predikat dapat berupa kata, dan dapat pula beruapa frasa.
  • Berupa kata. Contoh: Pengusaha sukses itu menemukan peluang bisnis barunya
  • Berupa frasa. Contoh: Pengusaha itu sudah mendapatkan peluang pengembangan bisnisnya
c) Objek
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi:
  • Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif
  • Memperjelas makna kalimat
  • Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran
Ciri-ciri objek:
  • Berupa kata benda
  • Tidak didahului kata depan
  • Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
  • Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
  • Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
Obyek terdiri dari dua macam yaitu :
(1) Objek penderita
Merupakan kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.
Makna objek penderita :
  • Penderita
Contoh : Pak Ali membajak sawah
  • Penerima
Contoh : Ibu menjahit baju adik
  • Tempat
Contoh  : Wisatawan mengunjungi Pulau Bali.
  • Alat
Contoh : Andi melempar bola ke arah Budi.
  • Hasil
Contoh : Anak-anak mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
(2) Objek penyerta
Merupakan  objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Makna objek penyerta :
Contoh : Ibu membelikan adik buku baru.
  • Contoh : Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.
d) Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Ciri-ciri pelengkap:
  • Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat akan tidak jelas dan tidak lengkap informasinya
  • Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya:
  • Melengkapi struktur. Misalnya:
Ia / menjadi / rektor
S         P          Pel.
  • Mengkhususkan makna objek. Misalnya:
Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh
S              P                O     Pelengkap
e) Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi memperjelas atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri keterangan:
  • Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap.
  • Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat
  • Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun), dan pengganti nomina (menggunakan kata bahwa).
  • Dapat berupa keterangan tambahan dapat beruapa aposisi; misalnya: keterangan tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan aposisi dapat menggantikan subjek.
Jenis-jenis keterangan :
  • Keterangan tempat
Contoh : Ayah akan perdi ke Surabaya
  • Keterangan alat
Contoh  : Ibu memotong sayuran dengan pisau
  • Keterangan waktu
Contoh : Andi belajar matematika pukul 8 malam
  • Keterangan tujuan
Contoh  : Bayi harus minum susu supaya sehat
  • Keterangan penyerta
Contoh : Ibu pergi ke pasar bersama kakak.
  • Keterangan cara
Contoh : Bacalah buku itu dengan saksama
  • Keterangan sebab
Contoh: Dia terlambat kuliah karena sibuk dengan pekerjaannya
  1. Pola-Pola Kalimat
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
  • KB + KK
Contoh : Mahasiswa berdiskusi.
  • KB + KS
Contoh : Dosen itu ramah.
  • KB + KBil
Contoh : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
  • KB + (KD + KB)
Contoh : Tinggalnya di Palembang.
  • KB1 + KK + KB2
Contoh : Mereka menonton film.
  • KB1 + KK + KB2 + KB3
Contoh : Paman mencarikan saya pekerjaan.
  • KB1 + KB2
Contoh : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Menurut Widjono HS, pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat dasar mempunyai ciri-ciri:
  • Berupa kalimat tunggal ( satu S, satu P, satu O, satu Pel, satu K)
  • Sekurang-kurangnya terdiri dari satu objek (S) dan satu predikat(P)
  • Selalu diawali dengan subjek
  • Berbentuk kalimat aktif
  • Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa
  • Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat, objek dan keterangan
  1. Jenis-Jenis Kalimat
a) Menurut Struktur Gramatikal
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), atau pun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
(1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
  • Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
  • Dosen ramah
S: KB + P: KS
  • Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: Kbil
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut. Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S               P
Contoh lain:
  • Pertemuan APEC sudah berlangsung.
S                               P
  • Teori itu dikembangkan
S                     P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah.
S             P
Contoh lain:
  • Komputernya rusak
S                P
  • Suku bunga bank swasta tinggi
S                      P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S                          P
Contoh lain:
  • Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.
S                                                 P
  • Masalahnya seribu satu.
S                 P
Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
  • Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik itu, dan sekeliling kota;
  • Keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
  • Keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
  • Keterangan modalitas, seperti harus,barangkali, seyogyanya, sesungguhnya dan sepatutnya;
  • Keterangan cara, seperti dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
  • Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
  • Keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
  • Keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
  • Frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya; 3
  • Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini:
Dengan + kata benda = keterangan alat
Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini:
  • Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
  • Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
(2) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
  • Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
       Kami membaca
       Mereka menulis
       Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
       Direktur tenang.
       Karyawan duduk teratur.
       Para nasabah antre.
       Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
  • Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
       Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
       Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
       Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei                    Darussalam tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat berikut:
          Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang                           Nusantara terletak di Bandung. Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
  • Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
        Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian                     disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah terima                     pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustadz membacakan doa selamat.
  • Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
       Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat,              atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
(3) Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini. Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendati pun, bahwa, dan sebagainya.
(4) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara (bertingkat).
Misalnya:
  • Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
  • Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
b) Menurut Gayanya (Retorika)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat. Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
  • Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
  • Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
  • Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
e) Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
(1) Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
Negatif
Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
(2) Kalimat Pertanyaan (Interogratif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
Negatif
Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
(3) Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif
Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
  1. Kata Penghubung (Konjungsi)
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana, konjungsi dikelompokan menjadi 2, yaitu:
a) Konjungsi Intrakalimat.
Jenis konjungsi ini berfungsi menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan unsur atau bagian kalimat yang lain dalam sebuah kalimat. Misalnya : agar, atau, dan hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dsb. Contoh pemakaian konjungsi ini pada kalimat:
  • Ia belajar hingga larut malam
  • Mereka bekerja kerassehingga berhasil mendapatkan cita-citanya
b) Konjungsi Ekstrakalimat.
Konjungsi ini berfungsi menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu dengan kalimat atau paragraf lain. Misalnya : jadi, di samping itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya, tambahan pula, dsb. Contohnya:
  • Pengusaha itu kaya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh tetangganya
  • Kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara maju. Oleh sebab itu, kita harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan ini.
DAFTAR PUSTAKA                        :