Nama : Imam
Rosyadi
Npm :
13112640
Kelas :
3ka11
Kalimat Dasar
- Pengertian Kalimat
Kalimat yang jumlah dan ragamnya
begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang amat
sedikit jumlahnya. Penguasaan pola kalimat akan memudahkan pemakai
bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola
kalimat dapat menyerdehanakan kalimat sehingga mudah dipahami orang lain
Kemudahan itu dapat dirasakan oleh
pemakai bahasa dalam mengekspresikan ide-idenya dan dalam memahami informasi
yang diungkapkan oleh orang lain sehingga dapat memperkecil kesalahpahaman
dalam berkomunikasi.
Menurut situs Wikipedia, kalimat
merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Menurut Widjono HS, kalimat adalah
satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pemikiran. Dalam bahasa lisan
kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tertulis
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau
tanda tanya.
Kalimat disusun berdasarkan
unsur-unsur yang berupa kata, frasa dan atau klausa. Jika disusun berdasarkan
pengertian diatas, unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian
tertentu yang disebut bagian dari kalimat. Ada bagian yang tidak dapat dihilangkan
dan ada pula bagian yang dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat
dihilangkan itu disebut inti kalimat. Bagian inti dapat membentuk kalimat
dasar, dan bagian bukan inti dapat membentuk kalimat luas.
Ciri-ciri kalimat:
- Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan
diakhiri dengan kesenyapan. Sedangkan dalam bahasa tertulis diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya atau tanda seru
- Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek
dan predikat
- Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif
dapat disertai pelengkap
- Mengandung pikiran yang utuh
- Menggunakan urutan logis; setiap kata atau kelompok
kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan)
disusun dalam satuan menurut fungsinya
- Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas
- Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih,
kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling
berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina atau kata ganti,
repetisi, atau struktur sejajar.
Menurut saya, kalimat merupakan
suatu ungkapan dalam berbahasa, baik lisan maupun tertulis yang terdiri atas
rangkaian yang membentuk pola tertentu yang bermakna sehingga dapat dipahami
orang lain.
- Unsur-Unsur Kalimat
a) Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan
unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan
subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek
dalam kalimat berfungsi:
- Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal,
kalimat majemuk;
- Memperjelas makna
- Menjadi pokok pikiran
- Menegaskan makna
- Memperjelas pikiran ungkapan
- Membentuk kesatuan pikiran
Ciri-ciri subjek antara lain:
- Jawaban apa atau siapa
- Didahului kata bahwa
- Berupa kata atau frasa benda (nomina)
- Disertai dengan kata ini atau itu
- Disertai pewatas yang
- Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si
hitam, sang perkasa
- Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada,
bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
- Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat
dengan kata bukan.
Subjek kalimat dapat berupa kata
dan dapat pula beruapa frasa
- Berupa kata. Contoh: Saya sudah mulai mengantuk
- Berupa frasa. Contoh: Air sungai kecil itu terus
menerus menggericik
b) Predikat
Seperti halnya dengan subjek,
predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam
kalimat berfungsi:
- Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas,
kalimat majemuk
- Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau
gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat
- Menegaskan makna
- Membentuk kesatuan pikiran
- Sebagai sebutan.
Ciri-ciri predikat:
- Jawaban mengapa, bagaimana
- Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
- Dapat didahului keterangan aspek: akan, sesudah,
sedang, selalu, hampir
- Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya,
seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
- Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat
berubah fungsi menjadi perluasan subjek
- Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
- Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata
sifat atau bilangan
Predikat dapat berupa kata, dan
dapat pula beruapa frasa.
- Berupa kata. Contoh: Pengusaha sukses itu menemukan
peluang bisnis barunya
- Berupa frasa. Contoh: Pengusaha itu sudah
mendapatkan peluang pengembangan bisnisnya
c) Objek
Subjek dan predikat cenderung muncul
secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran
objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas
objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek.
Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i,
misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari,
mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi:
- Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat
transitif
- Memperjelas makna kalimat
- Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran
Ciri-ciri objek:
- Tidak didahului kata depan
- Mengikuti secara langsung di belakang predikat
transitif
- Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang
predikat transitif
- Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu
dipasifkan.
Obyek terdiri dari dua macam yaitu :
(1) Objek penderita
Merupakan kata benda atau yang
dibendakan baik berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran langsung
dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.
Makna objek penderita :
Contoh : Pak Ali membajak sawah
Contoh : Ibu menjahit baju adik
Contoh : Wisatawan mengunjungi
Pulau Bali.
Contoh : Andi melempar bola ke arah
Budi.
Contoh : Anak-anak mengerjakan tugas
pelajaran Bahasa Indonesia.
(2) Objek penyerta
Merupakan objek yang menyertai
subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Makna objek penyerta :
Contoh : Ibu membelikan adik buku
baru.
- Contoh : Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.
d) Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang
berfungsi melengkapi informasi mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur
kalimat.
Ciri-ciri pelengkap:
- Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat akan
tidak jelas dan tidak lengkap informasinya
- Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja
transitif, misalnya:
- Melengkapi struktur. Misalnya:
Ia
/ menjadi / rektor
S
P Pel.
- Mengkhususkan makna objek. Misalnya:
Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh
S
P
O Pelengkap
e) Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi
memperjelas atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan,
informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama
dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan
tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri keterangan:
- Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa
keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap.
- Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau
akhir kalimat
- Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab,
akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun,
atau biarpun), dan pengganti nomina (menggunakan kata bahwa).
- Dapat berupa keterangan tambahan dapat beruapa aposisi;
misalnya: keterangan tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek,
sedangkan aposisi dapat menggantikan subjek.
Jenis-jenis keterangan :
Contoh : Ayah akan perdi ke Surabaya
Contoh : Ibu memotong sayuran
dengan pisau
Contoh : Andi belajar matematika
pukul 8 malam
Contoh : Bayi harus minum susu
supaya sehat
Contoh : Ibu pergi ke pasar bersama
kakak.
Contoh : Bacalah buku itu dengan
saksama
Contoh: Dia terlambat kuliah karena
sibuk dengan pekerjaannya
- Pola-Pola Kalimat
Berdasarkan penelitian para ahli,
pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Contoh : Mahasiswa berdiskusi.
Contoh : Dosen itu ramah.
Contoh : Harga buku itu sepuluh ribu
rupiah.
Contoh : Tinggalnya di Palembang.
Contoh : Mereka menonton film.
Contoh : Paman mencarikan saya
pekerjaan.
Contoh : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat
diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu
digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Menurut Widjono HS, pola kalimat
dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat
dasar mempunyai ciri-ciri:
- Berupa kalimat tunggal ( satu S, satu P, satu O, satu
Pel, satu K)
- Sekurang-kurangnya terdiri dari satu objek (S) dan satu
predikat(P)
- Selalu diawali dengan subjek
- Berbentuk kalimat aktif
- Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa
frasa
- Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan
memperluas subjek, predikat, objek dan keterangan
- Jenis-Jenis Kalimat
a) Menurut Struktur Gramatikal
Menurut strukturnya, kalimat bahasa
Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk.
Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara
(subordinatif), atau pun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang
tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan
dengan kalimat majemuk.
(1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu
subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya,
kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana
itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu,
kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola
pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. Mari
kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
S: KB + P: KK
S: KB + P: KS
- Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: Kbil
Pola-pola kalimat dasar ini
masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut. Pola 1 adalah pola yang
mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja
(berdiskusi). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S
P
Contoh lain:
- Pertemuan APEC
sudah berlangsung.
S
P
S
P
Pola 2 adalah pola kalimat yang
bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah). Kalimat itu
menjadi Dosen itu ramah.
S
P
Contoh lain:
S
P
- Suku bunga bank swasta tinggi
S
P
Pola 3 adalah pola kalimat yang
bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh
ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S
P
Contoh lain:
- Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.
S
P
S
P
Memperluas kalimat tunggal tidak
hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kemungkinan
kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.
Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
- Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan
tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik itu, dan sekeliling kota;
- Keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul
19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
- Keterangan alat seperti dengan linggis, dengan
undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan
cek;
- Keterangan modalitas, seperti harus,barangkali, seyogyanya,
sesungguhnya dan sepatutnya;
- Keterangan cara, seperti dengan hati-hati, seenaknya
saja, selekas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
- Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan
telah.
- Keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib,
untuk anaknya, dan bagi kita;
- Keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa,
dan lantaran panik;
- Frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas,
para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang
memperhatikan takyatnya; 3
- Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya
saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau
Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat
dan keterangan cara berikut ini:
Dengan + kata benda = keterangan
alat
Dengan + kata kerja/kata sifat =
keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat
tercantum di bawah ini:
- Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
- Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada
pedagang/.
(2) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari
dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi
empat jenis, sebagai berikut.
- Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh
kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih
itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami
membaca
Mereka
menulis
Kami
membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika
kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur
tenang.
Karyawan
duduk teratur.
Para
nasabah antre.
Direktur
tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
- Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu
dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan
pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
Amerika
dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia
dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika
dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei
Darussalam tergolong
negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat
digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara
pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat
berikut:
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang
Nusantara terletak di Bandung. Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
- Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh
kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya
berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian
disebutkan nama-nama
juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah terima
pengurus koperasi sudah selesai, lalu
Pak Ustadz membacakan doa selamat.
- Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan
oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para
pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat,
atau para petugas menagihnya ke rumah
pemilik televisi langsung.
(3) Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri
atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak
bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di
antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk
kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab,
akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain
diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
Komputer itu dilengkapi dengan
alat-alat modern. (tunggal)
Sudah dikatakan di atas bahwa
kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk
kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah
pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah
ini. Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke
hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak
mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel
besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun,
meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya,
ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendati pun, bahwa, dan
sebagainya.
(4) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas
kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri
atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara (bertingkat).
Misalnya:
- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung
pulang.
- Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena
tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk
kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih
bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi,
susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
b) Menurut Gayanya (Retorika)
Tulisan akan lebih efektif jika di
samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya
(retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang
disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu
memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan
membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau
tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu
subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak
kalimat. Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat
digolongkan menjadi
Jika kalimat itu disusun dengan
diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu
anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak
kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini
tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah
jika saya lulus ujian sarjana.
Jika kalimat itu disusun dengan
diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian
kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat
tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat
itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa
ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu,
penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks dan terasa
membentuk ketegangan.
Misalnya:
Karena sulit kendaraan, ia datang
terlambat ke kantornya.
Jika kalimat itu disusun dalam
bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut
berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
Bursa saham tampaknya semakin
bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG
naik tajam.
e) Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat
dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat
perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan
kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan,
perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
(1) Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika
penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan
informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca
titik).
Misalnya:
Positif
Presiden Gus Dur mengadakan
kunjungan ke luar negeri.
Negatif
Tidak semua bank memperoleh kredit
lunak.
(2) Kalimat Pertanyaan
(Interogratif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika
penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering
menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
Kapan Saudara berangkat ke
Singapura?
Negatif
Mengapa gedung ini dibangun tidak
sesuai dengan bestek yang disepakati?
(3) Kalimat Perintah dan Permintaan
(Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika
penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
Maukah kamu disuruh mengantarkan
buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif
Sebaiknya kita tidak berpikiran
sempit tentang hak asasi manusia.
- Kata Penghubung (Konjungsi)
Konjungsi berfungsi untuk
menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat lain
dalam suatu wacana, konjungsi dikelompokan menjadi 2, yaitu:
a) Konjungsi Intrakalimat.
Jenis konjungsi ini berfungsi
menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan unsur atau bagian kalimat yang
lain dalam sebuah kalimat. Misalnya : agar, atau, dan hingga, sedang, sehingga,
serta, supaya, tetapi, dsb. Contoh pemakaian konjungsi ini pada kalimat:
- Ia belajar hingga larut malam
- Mereka bekerja kerassehingga berhasil mendapatkan
cita-citanya
b) Konjungsi Ekstrakalimat.
Konjungsi ini berfungsi
menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu dengan kalimat atau paragraf
lain. Misalnya : jadi, di samping itu, dengan demikian, walaupun demikian,
akibatnya, tambahan pula, dsb. Contohnya:
- Pengusaha itu kaya dan dermawan. Oleh karena itu,
ia dihormati oleh tetangganya
- Kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara maju. Oleh
sebab itu, kita harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan ini.
DAFTAR
PUSTAKA :